RI Tegaskan Tekad Dampingi Mesir Pascarevolusi
Kairo - Indonesia akan terus mendampingi Mesir dalam menghadapi masa-masa sulit di tengah transisi pascarevolusi. Hingga saat ini kerjasama kedua negara di berbagai bidang semakin membaik.
Demikian Kuasa Usaha Ad-interim (KUAI) KBRI Kairo Burhanuddin Badruzzaman dalam pidato resepsi diplomatik untuk merayakan kemerdekaan RI ke-66 di KBRI Kairo (29/9/2011).
"Setiap kali merayakan hari kemerdekaan, kami tidak pernah lupa peran penting Mesir sebagai negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia, serta kerjasama kedua negara sepanjang sejarah sejak Presiden Sukarno dan Nasser," ujar KUAI, seperti disampaikan Sekretaris III Mohammad Nur Salim kepada detikcom.
Di bidang politik, lanjut KUAI, Indonesia berbagi pengalamannya dalam menjalankan reformasi yang secara nyata diterjemahkan dengan kehadiran Menteri Luar Negeri RI ke Kairo pada April 2011 lalu.
Setelah itu dilanjutkan dengan kehadiran tokoh-tokoh sentral reformasi, yaitu Ketua MPR Amin Rais (1999-2004),Presiden BJ Habibie (1998-1999), dan Dewi Fortuna Anwar, serta workshop oleh Institute for Peace and Democracy (IPD) Jakarta dengan National Democratic Institute (NDI) dan Centre of Democratic Institute (CDI), Kairo.
Di bidang ekonomi, imbuh KUAI, dukungan Indonesia bisa dilihat dengan partisipasi aktifnya dalam Cairo International Fair April 2011, saat Mesir masih dalam suasana revolusi.
Menurut data KBRI Kairo, transaksi dagang sudah melebihi USD 1,1 triliun dan Mesir merupakan pasar non-tradisional terbesar bagi Indonesia, serta diperkirakan hubungan ini akan terus meningkat.
Capaian-capaian Indonesia selain keberhasilan dalam berdemokrasi, juga pertumbuhan ekonomi 6,1% dan diperkirakan akan mencapai 6,4 pada akhir 2011, inflasi berangsur-angsur membaik, angka kemiskinan berkurang, dan skor Indonesia dalam dunia investasi naik dari BB menjadi BB
View the Original article